Kamis, 03 Januari 2013

Kanker Serviks


 “ PENYAKIT KANKER SERVIKS “

A.  PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita. Beberapa jenis human papilloma virus, suatu infeksi menular seksual, mempunyai peran penting dalam kebanyakan kasus kanker serviks.
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus (rahim) dengan liang vagina.





B. PENYEBAB KANKER SERVIKS
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetiK yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan berkembang banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis).
Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95% kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11) hampir tak beresiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe resiko tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
                

Faktor resiko kanker leher rahim:
-         Kontrak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun
-         Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan yang suka berganti-ganti pasangan
-         Merokok. Dari berbagai penelitian dinegara-negara maju telah ditemukan bahan konstituen rokok di dalam sel-sel epitel leher rahim
-         Faktor genetik (faktor keturunan). Faktor ini sangant memegang peranan seorang bisa mengalami kanker jenis ini atau tidak. Jika ibu anda atau saudara perempuan dari pihak ibu atau ayah menderita kanker leher rahim, maka anda mempunyai resiko 2x lebih banyak menderita penyakit yang sama
-         Sistem imun yang menurun juga dapat meningkatkan terjandinya kanker karena kebanykan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang terkena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecendrungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar

C. GEJALA DAN TANDA
Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun. Kanker serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa:
o   Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua periode mentruasi, atau setelah menopause
o   Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki bau yang busuk
o   Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex


D. SKRINING DAN DIAGNOSIS
     Skrining (deteksi dini)
Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium yang lebih awal, penatalaksanaan sepertinya lebih berhasil. Skrining kanker serviks regular dan perubahan prekanker pada serviks direkomendasikan untuk semua wanita. Kebanyakan panduan menganjurkan skrining pertama dalam waktu 3 tahun pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak lebih dari umur 21 tahun.
Skrining dapat berupa
1)    Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks - leher sempit dari uteru - dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada tidaknya abnormalitas. Pemeriksaan Pap Test dapat mendeteksi sel abnormal pada serviks. Stadium prakanker terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak ditangani, sel abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat menyebar pada beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis, dan bagian lain dari tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium preinvasif jarang membahayakan nyawa dan biasanya hanya membutuhkan pengobatan rawat jalan.
2)    Tes HPV DNA. Terdapat juga pemeriksaan HPV DNA untuk menetukan apakah seseorang terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya paling mungkin menyebabkan kanker serviks. Seperti pada Pap test, tes HPV DNA mengambil jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi strain resiko tinggi HPV pada DNA sebelum perubahan pada sel serviks dapat terlihat.
Pemeriksaan HPV DNA bukan merupakan pengganti skrining Pap dan tidak digunakan untuk wanita lebih muda dari 20 tahun dengan hasil Pap yang normal, kebanyakan infeksi HPV pada wanita pada kelompok ini sembuh sendiri dan tidak dikaitkan dengan kanker serviks.

E.     DIAGNOSIS
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :
1.     Memeriksa Serviks. Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat menggunakan mikrosop khusus (colposcope) untuk memeriksa serviks dari sel abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat diambil sample sel untuk analisasi (biopsy).
2.     Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsy jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area yang abnormal.
F.     STADIUM
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan menjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan menentukan stadium dapat berupa :
·        Gambaran Radiologi. Pemeriksaan seperti X-Ray, Computerized Tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar serviks.
·        Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau  rektal. Dokter dapat menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cytoscopy) dan rektum (proctoskopi).
Pembagian stadium kanker adalah
-         Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
-         Stadium I. kanker hanya terbatas pada serviks.
-         Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
-         Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
-         Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih atau rektum, atau telah menyebar ke daerah lain di dalam  tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

F. PENATALAKSANAAN
Kanker noninvasive, terbatas
Penatalaksanaa kanker serviks yang terbatas pada lapisan luar dari serviks memerlukan penangan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker noninvasive termasuk :
·        Biopsy Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
·        Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel prekanker.
·        Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah, dan mengambil sel dari mulut serviks.
·        Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan prekanker.
·        Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasnya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasive.
·        Kanker Invasif. Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkna lebih banyak penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Operasi penatalaksanaan terdiri dari :
-         Operasi. Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini invasi kurang dari 3 milimeter (mm) kedalam serviks. Hysterectomy radikal membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis. Hysterectomy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi.
-         Radiasi. Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan diserviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasikan. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk nyeri lambung nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
-         Kemoterapi. Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penelitian yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatakan respon parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks. Namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terhadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastime sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine. Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphanmide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer In Stitute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.
-         Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause. Kemoradiasi. Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis - efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% (harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
G.    PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks. Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi resiko terkena infeksi HPV. Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks yaitu :
·        Menghindari hubungan sex pada umur muda
·        Memiliki partner seks tunggal
·        Menghindari merokok
Vaksiniasi HPV. Suatu vaskin baru disebut Gardasil memberikan perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The National Advisory Committe on Immunization Practices merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun, sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama tiga kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan atas.
Walaupun vaksin dapat mencegah hingaa 70% kasus kanker serviks, vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga menyebabkan kanker serviks selain itu membutuhkan biaya yang mahal Rp. 4 juta untuk tiga dosis tersebut. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker serviks lah yang paling penting.
Pemeriksaan Pap Rutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut :
·        Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
·        Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu atau 2 tahun sekali
·        Dari umur 30 hingga 69 tahun, pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal
·        Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear sudah dapat dihentikan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar